Makalah
PENGEMBANGAN
MEDIA PENDIDIKAN
DI SUSUN OLEH
Alfian
Kaida
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
AL-KHAIRAAT PALU
PERIODE 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
selalu dan senantiasa mencurahkan nikmat dan karunianya kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelaseaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta
salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad s.a.w.
Nabi yang telah menyelamatkan kita umatnya dari keadaan yang biadab menuju
kepada keadaan yang beradabs, dari keadaan yang kronis menuju kepada keadaan
yang harmonis, dan dari keadaan bobrok menuju kepada keadaan yang berbobot.
Sehingga curahan rahmat yang diturunkan Allah kepada beliau akan sampai kepada
seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya yang masih
konsekuen dan komitmen dengan ajaran-ajaran beliau.
kami
mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini dan juga menyadari bahwa dalam penyusunan
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya konstruktif. Hal ini kami
kemukakan dengan maksud agar makalah ini mencapai pada tingkat kesempurnaan.
Palu,
13 Mey 2011
Penyusun:
Kelompok Vl
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................
ii
DAFTAR ISI......................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyusunan rancangan ................................................................... 1
B. Penulisan
naskah ............................................................................. 4
C. Produksi
media................................................................................. 6
D. Evaluasi
program media…………………………………………...
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan media pendidikan pada dasarnya hanya
dianggap sebagai alat bantú mengajar guru. Alat bantú yang dipakai adalah alat
bantú visual, misalnya gambar,model,objek, dan alat-alat lain.
Dan didalam pengembangan media pendidikan ini pun dapat
membantu motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar
siswa dan juga mempermudah guru dalam memberikan pemahaman kepada siswa. Untuk
dapat mengembangkan pendidikan yang dapat mencapai pada tujuan kita harus
melakukan berbagai macam cara. yaitu memberikan pengertian kepada
siswa,memberikan pengembangan materi pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian
diatas kita dapat merumuskan bahwa:
1.
Apakah pengembangan media pendidikan perlu untuk
diterapkan.? Dan apakah media pendidikan sudah diterapkan dalam kehidupan
sekarang ini.?
2.
Bagaimana penegembangan media pendidikan terhadap
siswa.?
3.
Apakah dengan adanya media pendidikan guru akan mudah
memberikan pemahaman kepada siswa.?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penyusunan
Rancangan
1.
Pengertian
Media
pembelajaran dapat melakukan dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu
ada beberapa pertanyaan yang perlu anda jawab. Pertama anda perlu bertanya
mengapa anda ingin membuat program media itu? Apakah program media itu ada
kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu pula? Untuk siapakah program media itu anda buat? Untuk orang dewasakah,
anak-anakah, mahasiswakah,siswa SMTPkah, atau masyarakat pada umumnya kalau
anda sudah dapat menentukan siapa yang akan menjadi sasaran dari program media
yang anda buat, masi perlu di tanyakan bagaimana karakteristik sasaran anda
itu? Betulkah program media itu mereka perlukan? Perubahan tingkah laku apa
yang anda harapkan akan terjadi bila mereka selesai belajar mengunakan media
yang anda buat? Sebaliknya bila mereka tidak mengunakan media yang anda buat
itu apakah mereka akan mengalami kerugian tertentu secara intelektual? Anda
juga perlu memikirkan apa materi yang perlu disajikan melalui media itu supaya
pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan harapan anda?
Bagaimana
urutan materi itu harus di sajikan? Tentu saja anda perlu memikirkan bagaimana
anda akan mengetahui bahwa pada diri sasaran didik anda telah terjadi perubahan
tingkah laku itu. Apa ukuran yang dapat anda gunakan?
Bila
pertanyaan-pertanyaan di atas dusususn secara lebih sistematik maka urutan
dalam mengembangkan program media itu di utarakan sebagai berikut:
a.
Menganalisis kebutuhan dan karakterisik
siswa;
b.
Merumuskan tujuan intruksional (instructional objective) dengan
operasional dan khas;
c.
Merumuskan butir-butir materi secara
terperinci yang mendukung tercapainya tujuan;
d.
Mengembangkan alat pengukur
keberhasilan;
e.
Menulis naskah media;
f.
Mengadakan tes dan revisi.
Bila langkah-langkah tersebut di
gambarkan dalam bentuk flow chart akan diperoleh model pengembangan
dihalaman berikut
2. Analisis kebutuhan dan karakteristik
siswa.
Dalam
proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan
antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan
kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang bila yang
kita inginkan, misalnya, siswa dapat menguasai 1000 kosa kata bahasa inggris,
sedangkan saat ini mereka hanya menguasai 200 kata, ada kesenjangan 800 kata.
Bila
yang kita inginkan ialah siswa dapat menjumlahkan, mengurangi, menalikan, dan
membagi, sedangkan pada saat ini mereka baru dapat menjumlahkan saja, kebutuhan
pembelajaran itu ialah kemampuan dan keterampilan dalam mengurangi,mengalikan
dan membagi.
Jika
kita membuat program media tentu saja kita berharap program yang kita buat itu
akan digunakan atau dimanfaatkan oleh siswa. Program tersebut hanya akan
digunakan kalau program itu mereka perlukan. Jadi, sebelum kita membuat suatu
program media tentulah kita harus bertanya apakah program itu diperlukan?
Mengenai kemampuan, ketermpilan atau sikap yang di inginkan itu dapat diketahui
dengan berbagai cara. Mungkin suatu keterampilan dan kemampuan diinginkan untuk
dimilki siswa karena tuntutan lapangan kerja.
Di
atas telah dibicarakan bahwa jika kita membuat program media, program itu perlu
disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Karena setiap kelompok siswa pada
hakikatnya mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, kita perlu menentukan secara
khas siapa sesungguhnya siswa yang akan kita layani de4ngan media itu.
Sebagai perancang program media kita harus
dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa yang dimaksud dengan
pengetahuan/keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti
kegiatan instruksional. Suatu program media akan di anggap terlalu mudah bagi
siswa bila siswa tersebut memiliki sebagian besar pengetahuan/keterampilan yang
disajikan oleh program media itu.
Pengetahuan prasyarat ialah pengetahuan atau
keterampilan yang harus telah dimiliki siswa sebelum menggunakan media itu.
Misalnya, seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan dalam bahasa
inggris melalui kaset audio hanya dapat mengikutinya dengan baik bila ia telah
mempunyai cukup banyak perbendaharaan kosa kata dan telah terampil menggunakan
struktur kalimat sederhana. Bila syarat tersebut belum dimilikinya, program tersebut
akan terlalu sukar baginya.
Sebelum
program dibuat kita harus meneliti dengan baik pengetahuan awal maupun
pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa yang menjadi sasaran program kita.
Penelitian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tes. Bila tes ini tidak
dapat dilakukan karena persoalan biaya,waktu,maupun alasan lainnya pengembangan
program sedikitnya harus dapat membuat asumsi-asumsi mengenai pengetahuan dan
keterampilan prasyarat yang harus dimiliki siswa serta pengetahuan awal yang
diduga telah dimiliki siswa.
3. Perumusan tujuan.
Tujuan
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat member
arah tindakan yang kita lakukan. Tujuan ini juga dapat dijadikan acuan ketika
kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita
berhasil atau gagal.
Dalam
proses belajar mengajar, tujuan instrusional merupakan factor yang sangat
penting. Tujuan dapat member arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus
pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan
ini merupakan pernyataan yang menunjukan perilaku yang harus dapat dilakukan
siswa setelah ia melakukan proses instruksional tertentu.
Dengan
tujuan seperti itu, baik guru maupun siswa dapat mengetahui dengan pasti
perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses instruksional
selesai. Siswa dapat membedakan gambar
binatang bertulang belakang dari yang
tidak bertulang belakang. Dengan tujuan yang jelas seperti itu guru harus dapat
menentukan materi pelajaran yangsesuai untuk dipelajari sisiwa supaya tujuan
tercapai. Dengan tujuan itu pula guru dapat guru dapat alat pengukur yang tepat
untuk menilai apakah siswa telah berhasil mencapai tujuan atau belum.
Untuk
dapat merumuskan tujuan instrujsikonal dengba baik ada beberapa ketentuan yang
perlu diingat.
a.
Tujuan instruksional harujs berorientasi
kepada siswa bukan berorintasi kepada guru. Hal yang perlu dinyatakan dalam
tujuan harus perilaku yang dapat dilakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan
siswa setelah proses instruksional selesai.
b.
Tujuan harus dinyatakan dengan kata
kerja yang operasional.artinya kata kerja itu menunjukan perbuatan yang dapat
diamati atau yang hasilnya dapat diukur.
Perumusan
tujuan memiliki dua jenis tujuan instruksional, yaitu tujuan instruksional umum
atau terminal instructional objectives adalah tujuan akhir dari
sesuatu kegiatan instruksional. Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran
dari tujuan instruksional umum.
Tujuan
instruksional khusus
1)
Peserta latihan dapat memasang film ke
dalam kamera tanpa bantuan dan pemutar film dapat diputar dengan baik.
2)
Peserta dapat menyesuaikan ASA dalam
kamera dengan ASA film.
3)
Peserta dapat mengatur diagprahma sesuai
dengan keadaan sinar yang ada dan kecepatan yang digunakan sehingga gambar tidak
kelebihan atau kekurangan sinar.
4)
Pesrta dapat membedakan komposisi gambar
yang baik dan yang tidak baik.
5)
Peserta dapat mengatur focus sehingga
gambar yang dihasilkan tajam.
6)
Peserta dapat membidikan kamera tanpa
goyangan sehingga gambar cukup tajam.
4. Pengembangan materi pembelajaran.
Untuk
dapat mengembangkan bahan intruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu,
tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut.
Bila
sub kemampuan dan sub-sub kemampuan tersebut di atas dapat dimiliki oleh
peserta maka peserta tentu telah mencapai tujuan instruksional khusus yang akan
dicapai itu. Daftar kemampuan itu merupakan bahan instruksional yang harus
disajikan kepada atau dipelajari oleh peserta pelatihan.
Dengan
cara yang sama, kita harus mengidentifikasi sub kemampuan dan sub-sub kemampuan
yang diperlukan untuk mencapai semua tujuan instruksional khusus yang ada.
Dengan cara ini, kita akan memperoleh bahan pembelajaran yang lengkap untuk
mencapai tujuan pembelajaran umum yang akan dicapai.
Setelah
daftar pokok-pokok bahan pembelajaran tersebut diperoleh, tugas kita
selanjutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari
yang sederhana ke yang rumit atau dari yang kongkrit ke yang abstrak.
5. Perumusan alat pengukur keberhasilan.
Dalam
setiap kegiatan instruksional, kita perlu mengkaji apakah tujuan instruksional
dapat dicapai atau tidak ada akhir kegiatan instruksional itu. Untuk keperluan
tersebut kita perlu mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa.
Alat
pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Hal yang
diukur atau dievaluasi ialah kemampuan, keterampilan atau sikap siswa yang
dinyatakan dalam tujuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil
kegiatan instruksional itu.
Tujuan
instruksional harus cukup, artinya semua aspek yang ada dalam ruang lingkup
tujuan instruksional umumharus mempunyai tujuan khusus. Materi instruksional harus
cukup, artinya semua kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
semua tujuan instruksional khusus harus terjabarkan di dalam materi
instruksional. Tes harus cukup, artinya semua kemampuan dan keterampilan yang
terangkum dalam tujuan instruksional khusus dan dalam materi instruksional
seyogyanya ada alat pengukurnya.
B.
Penulisan
Naskah
1. Pengertian.
Dalam
tahap ini pokok-pokok materi instruksional yang telah diuraikan pada bab
terdahulu perlu diuraikan lebih lanjut untuk kemudian disajikan kepada siswa.
Penyajian ini dapat disampaikan melalui media yang sesuai atau yang dipilih.
Supaya materi instruksional tersebut dapat disampaikan melalui media itu,
materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar yang kita sebut
naskah program media.
Naskah
program media bermacam_macam. Tiap-tiap jenis mempunyai bentuk naskah yang
berbeda. Tetapi pada dasarnya, maksud dalam naskah tersebut sama yaitu sebagai
penuntun ketika kita memproduksi program media itu. Pada umumnya, lembaran
naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada naskah audio (radio dan kaset) kolom
sebelah kiri merupakan seperempat bagian halaman dan pada kolom ini dituliskan
nama pelaku, dan jenis suara yang harus direkam. Kolom sebelah kanan berisi
narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku, nama lagu, dan
suara-suara yang harus direkam.
Dalam
menuliskan naskah semua informasi yang tidak akan disuarakan (dibaca bersuara)
oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar sementara itu, narasi dan
percakapan yang akan dibaca oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil. Uraian
lebih lanjut tentang naskah untuk masing-masing media akan diberikan kemudian.
2. Treatment
Sebelum
naskah ditulis, kita harus menuliskan treatmentnya dulu. Treatment adalah
uraian berbentuk esei yang menggambarkan alur penyajian program kita. Dengan
membaca treatment ini kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan visual
yang akan Nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai
gambar itu. Sebuah treatment yang baik selain member gambaran tentang urutan
adegan juga memberikan gambaran suasana atau mood dari program media itu.
3. Penulisan naskah audio.
Media
audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk
menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik
karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarannya. Karena
itu, suatu program audio akan sangat efektif bila dengan menggunakan bunyi dan
suara kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya
sehingga ia dapat memvisualkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan. Maka
audio ini meliputi radio, kaset audio, dan laboratorium bahasa.
Berikut
ini beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti bila kita menulis naskah program
media audio.
a. Bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam media audio
adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Kalimat-kalimat yang digunakan
sedapat mungkin kalimat tunggal.
b. Musik
dalam program audio.
Sesuai penjelasan sebelumnya, program
audio hanya mengandalkan kepada bunyi dan suara saja.
Berikut ini berbagai jenis music yang
digunakan dalam program audio.
1) Music
tema.
Tema adalah music yang menggambarkan
watak atau situasi sesuatu program.
2) Music
transisi
Music ini digunakan sebagai penghubung
dua adegan. Music ini tidak perlu panjang, 20 s/d 20 menit sudah cukup. Music
transisi ini harus sesuai dengan suasana rata-rata dari program kita.
3) Music
jembatan (bridge).
Music ini merupakan bentuk khusus dari music
transisi, yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan.
4) Music
latar belakang.
Music ini digunakan untuk mengiringi
pembacaan teks atau percakapan. Maksudnya supaya teks dapat lebih meresap
kehati pendengar, karena music ini dapat memberikan variasi, member tekanan dan
menciptakan suasana.
5) Music
smash.
Adalah music yang digunakan untuk
membuat kejutan atau tekanan. Music ini digunakan dengan singkat tetapi pada
saat yang tepat.
c. Keterbatasan
daya konsentrasi.
Berdasarkan penelitian yang perna
diadakan, daya konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25
s/d 45 menit, sedangkan pada anak-anak hanya 15 s/d 25 menit.
d. Beberapa
istilah yang sering digunakan dalam naskah.
Istilah-istilah yang sering digunakan
dalam penulisan naskah audio diuraikan dibawah ini ANNAOUNCER (ANN) artinya
penyiar yang betugas memberi tahu bahwa sesuatu acara atau sesuatu program akan
disampaikan.
e.
Format naskah audio.
f.
Naskah lengkap.
4. Penulisan naskah film bingkai
Berbeda
dengan program audio, pada film bingkai pesan dapat disampaikan melalui dua
saluran, yaitu audio dan visual. Karena itu, penulis naskah program film
bingkai tidak diperlukan narasi atau percakapan yang panjang-panjang seperti
dalam program audio.
Ada
dua macam naskah dalam media film bingkai, yaitu shoting script dan story board
script.
5. Penulisan naskah film dan video
Penulisan
naskah secara teoretis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih
praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media
melalui tahap-tahap perencanaan dan desain pengembangan, serta evaluasi.
Seperti
halnya penulisan pada umumnya, penulisan naskah film maupun video juga dimulai
dengan identifikasi topic atau gagasan. Dalam pengembangan instruksional, topic
maupun gagasan dirumuskan dalam tujuan khusus kegiatan instruksional atau
pembelajaran.
C.
Produksi
Media.
1. Pengertian.
Naskah
adalah rancangan produksi. Dengan naskah kita dipandu harus mengambil gambar,
merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukan music dan FX, serta menyunting
gambar dan suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan
mudah diterima oleh sasaran.
Kegiatan
produksi ini memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara
atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu
tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang baik.
2. Produksi audio.
a.
Studio produksi.
Program audio direkam didalam suatu
studio produksi atau sering juga disebut studio rekaman.
b.
Pembagian tugas dalam produksi.
1)
Sutradara.
Sutradara
adalah pemimpin produksi. Tanggung jawab baik buruknya hasil produksi ada pada
sutradara ini.
2)
Kerabat kerja.
Dalam
produksi audio, kerabat kerja yang dapat diperlukan hanya dua orang operator.
Seorang operator melayani pengaturan tombol rekaman serta bertugas mengatur
jalannya pita rekaman pada alat perekam.
3)
Pemain.
Pemain
ialah orang-orang yang ditunjuk untuk membacakan naskah. Biasanya seorang
pemain hanya memegang satu peran saja dalam suatu naskah tertentu.
c.
Pelaksanaan produksi.
Pada
waktu rekaman yang telah ditentukan, seorang sutradara harus datang lebih awal
dari pada pemainnya. Segera setelah sampai di studio ia bertugas mengecek apakah
studio telah siap pakai.
3. Produksi film bingkai.
a.
Jenisnya.
Produksi
program film bingkai memiliki dua jenis kegiatan produksi yang dapat dilakukan
secara berurutan.
1).
Produksi visual.
2).
Produksi audio.
b.
Alat yang diperlukan.
Produksi bagian visual
memerlukan berbagai alat di bawah ini.
1). Kamera.
2). Film yang
digunakan.
3). Tiang
penyangga untuk mengkopi (copy stand)
4). Alat perekam
radio
c.
Kerabat
kerja
Seperti halnya dalam produksi audio, dalam
produksi film bingkai ini pun diperlukan seorang sutradara yang memimpin
produksi dan bertanggung jawab atas baik buruknya hasil produksi.
d.
Pelaksanaan produksi
Dalam
membuat program film bingkai tentunya anda permembuat judul program film yang
anda buat itu. Judul program film bingkai dibuat dengan membuat caption yang
bertuliskan judul program.
e.
Editing film bingkai
Setelah
dikembangkan, film tersebut perlu diedit. Pada bagian terdahulu pernah
dibicarakan bahwa dalam mengambil gambar kita perlu menggunakan rasio yang
cukup.
f.
Memberi bingkai film
Film
bingkai supaya mudah diproyeksikan ke layar harus diberi bingkai. Bingkai ini
ada yang dibuat dari plastic ada pula dibuat dari karton.
g.
Merekam nasari
Nasari,
music, dan sound effect pada program
film bingkai harus sesuai dvisualnya.
D.
Evaluasi
Program Media
Media
apa pun yang dibuat, seperti kaset audio film bingkai, film rangkai, transparansi
OHP, film, video atau gambar, dan permainan/simulasi perlu dinilai terlebih
dahulu sebelum dipakai secara luas.
1. Macam evaluasi
Ada
dua macam bentuk pengujicobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Berikut ini dua bentuk pengujicobaan tersebut.
Evaluasi
formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang
evektifitasdan efisiensi bahan-bahan pelajaran (termasuk kedalamnya media).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan media yang dibuat patut
digunakan dalam situasi-situasi tertentu.
2. Tahap evaluasi
Ada tiga tahapan
evaluasi formatif, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one). Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan
media pendidikan memang sangat penting di terapkan karena dalam media
pendidikan sangat diperlukan penyusunan rancangan, membuat program media
pembelajaran diharapkan dapat melakukan dengan persiapan dan perencanaan yang
teliti.
Dalam
pengembangan media ini pun kita dapat mengetahui bagaimana cara merumuskan
tujuan, mengembangkan materi pembelajaran, penulisan naskah dan lain-lain.
B.
Kritik Dan
Saran
Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga terbentuklah makalah ini
walaupun Belum sesempurna mungkin dengan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semuanya yang sudah membantu sehingga tersusunlah makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis
memohon kiranya para pembaca makalah ini berkenan memberikan saran dan kritik
untuk kesempurnaan makalah ini. Di iringi dengan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar